Temanggung, 23 Juli 2025 — Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) kelompok 331 melaksanakan kegiatan pelatihan pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk kompos di Balai Desa Kwadungan Gunung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat sekaligus tanggapan terhadap permasalahan lingkungan dan pertanian yang ada di wilayah tersebut.
Desa Kwadungan Gunung dan sekitarnya dikenal sebagai wilayah penghasil komoditas pertanian seperti kopi dan daun bawang. Namun demikian, limbah hasil panen, khususnya kulit kopi dan sisa daun bawang, selama ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Limbah tersebut kerap dibuang langsung ke lingkungan sekitar, sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan kebersihan, pencemaran, dan pemborosan sumber daya yang sejatinya masih bernilai guna. Berdasarkan hasil observasi dan komunikasi dengan warga setempat, diketahui bahwa kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan limbah organik masih terbatas.
Menanggapi hal tersebut, mahasiswa KKN UNS kelompok 331 merancang dan melaksanakan program pelatihan bertajuk “Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi dan Daun Bawang Menjadi Pupuk Kompos.” Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi sekaligus pelatihan praktis kepada masyarakat, khususnya kelompok tani, mengenai teknik pembuatan pupuk organik dari limbah pertanian yang mudah diterapkan secara mandiri. Pupuk kompos merupakan hasil penguraian bahan organik oleh mikroorganisme, yang berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas serap air, serta menyuplai unsur hara makro dan mikro bagi tanaman.
Kulit kopi memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi, antara lain nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), serta senyawa organik lain seperti lignin dan tanin. Kandungan nitrogen pada kulit kopi dapat mencapai 2% hingga 2,5?rat kering, menjadikannya sumber hara yang potensial untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Di sisi lain, daun bawang mengandung kalsium, magnesium, serta senyawa sulfur yang penting untuk metabolisme tanaman.
Kombinasi kedua bahan tersebut dalam pembuatan pupuk kompos mampu menghasilkan pupuk yang tidak hanya memperbaiki struktur tanah, tetapi juga menyeimbangkan ketersediaan unsur hara secara alami.
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 32 peserta yang terdiri dari perwakilan kelompok tani dari dua desa, yakni enam kelompok dari Desa Kwadungan Krincing dan sepuluh kelompok dari Desa Kwadungan Gunung, dengan masing-masing kelompok mengirimkan dua perwakilan. Pelatihan dibagi dalam dua sesi utama. Sesi pertama berupa penyampaian materi yang disampaikan oleh Bapak Kuwato Wongso Dikromo, selaku perwakilan dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kledung. Dalam pemaparannya, beliau menekankan pentingnya pengelolaan limbah organik sebagai strategi dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan produktivitas lahan pertanian secara berkelanjutan.
Sesi kedua berupa demonstrasi pembuatan pupuk kompos yang dipandu langsung oleh mahasiswa KKN. Dalam praktik tersebut, peserta diperkenalkan pada langkah-langkah pembuatan pupuk, yakni: (1) mencacah kulit kopi dan daun bawang menjadi potongan kecil; (2) mencampurkan bahan di atas terpal bersama dolomit; (3) menambahkan larutan EM4 dan air secukupnya hingga merata dan lembab; (4) menambahkan larutan yakult untuk memperkaya mikroorganisme fermentatif; (5) menumpuk bahan setinggi ±75 cm dan menutupnya dengan terpal; serta (6) melakukan fermentasi selama 3–4 minggu, dengan pembalikan tumpukan setiap 5–7 hari. Kompos yang matang ditandai dengan tidak adanya bau menyengat, berwarna gelap, serta memiliki tekstur gembur.
Diharapkan melalui pelatihan ini, masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan limbah pertanian, serta mampu mempraktikkan teknik pembuatan kompos secara mandiri untuk mendukung keberlanjutan sistem pertanian di wilayahnya. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya pertanian berbasis ekologi, yang tidak hanya mengejar hasil panen, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam.
Kegiatan ini mencerminkan sinergi antara dunia akademik dan masyarakat dalam menghadirkan solusi aplikatif atas permasalahan lokal. Melalui program-program serupa, mahasiswa KKN UNS diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang mendorong pembangunan pedesaan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna.t